SILANGKITANG | SUMUT24Nuraini, salah seorang peternak ikan di Desa Rintis sangat mengharapkan bantuan Pemerintah Daerah Labusel. Soalnya, lahan peternakan seluas 1 Ha yang dikelolanya hingga kini masih beroperasi, namun karena mahalnya harga pakan ternak membuat dirinya terdesak.
Hal ini diungkapkan Nuraini kepada SUMUT24 saat di kolamnya, Minggu (27/3). “Untuk sementara kami hanya menjual bibit. Karena bila untuk menghasilkan ikan buat konsumen kami pasti rugi.Harga pakan mahal jadi tidak sesuai pengeluaran dengan hasil harga jual,” terangnya.
Pakan mahal Rp 20 ribu per Kg sementara harga ikan cuma Rp 18 ribu per Kg, katanya. Disinggung apakah ada bantuan ke Dinas Peternakan Labusel, Nuraini megaku belum pernah ada pihak dinas peternakan yang datang.Ia pun tidak tahu menahu ada bantuan dari dinas peternakan untuk peternak ikan.
“Kepala desa juga tidak pernah menyampaikan kalau ada bantuan untuk pengelola ikan ternak,” ucapnya. Tidak ada bantuan dan penyuluhan juga tidak pernah, ungkapnya.
Senada hal itu, Tugino pengelola ternak ikan mengatakan, ia hanya mendapat ilmu tata cara beternak ikan dari google. Sehingga dia mencoba keberuntungan dengan beternak ikan lele dumbo. Namun karena harga pakan mahal dia merasa sangat bingung dan pasrah.”Pakan mahal mas, dan bibit ikan saya sudah mati ada 3000 ekor,” kesalnya .
Mengenai bantuan dan bimbingan belum pernah didapatnya dari dinas Peternakan Labusel. “Belajar dari googlelah,” kelakarnya.Harapan keduanya agar Dinas Peternakan Labusel dapat membantu usaha mereka agar bisa bertahan. (zai)