Oleh : H Syahrir Nasution
Persebaran Suku Mandailing keberbagai daerah merupakan fenomena migrasi etnis Manadailing dari wilayah asalnya di Mandailing Natal.
Proses migrasi ini telah berlangsung sejak abad ke-19 dan terkait erat dengan berbagai faktor seperti mendapatkan kehidupan perekonomian yang lebiah baik, akses Pendidikan serta pengaruh Kolonial Belanda yang mendorong terjadinya migrasi ke daerah-daerah yang lebih urban.Faktor-faktor tersebut membawa langkah orang-orang Mandailing sampai di Kota Binjai.
Dikota Binjai sendiri, orang Mandailing umumnya bermukim di kawasan pemuliman yang sudah berkembang atau dipinggiran kota yang memungkinkan untuk mengakses berbagai pasilitas kota. Orang Mandailing terlibat dalam berbagai sektor pekerjaan, seperti pertanian, perdagangan, pendidikan, dan pemerintahan. Keberadaannya masih tetap menjaga identitas budaya melalui adat istiadat, tradisi dan bahasa, termasuk kegiatan keagamaan. Untuk mempersatukan orang -orang Mandailing dibentuklah organisasi yang bernama Himpunan Keluarga Mandailing ( HIKMA ).
HIKMA merupakan payung bagi marga-marga yang termasuk dalam ranah suku-suku Mandailing. Orang Mandailing merupakan salah satu komunitas etnis yang memiliki peran penting dalam kehidupan sosia, ekonomi dan budaya. Walaupun telah berasimilasi dengan kelompok etnis lain, tapi tetap mempertahankan Identitas Kultural Mandailing yang kuat.
Orang Mandailing memiliki nilai-nilai luhur yang sudah mendarah daging. Nilai-nilai luhur itu dikenal dengan sebutan Holong dan Domu Holong. Tubu unte tubu dohot duri na. Tubu jolma tubu dohot Adat na.Holong atau cinta kasih kepada sesama merupakan salah satu bentuk kepribadian dan menjadi ciri khas orang Mandailing. Domu memunculkan adanya Persatuan dan Kesatuan atau dikenal dengan Hadomuan. Antara Holong dan Domu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Holong akan manjalahi atau mencari Domu, dan Domu manjalahi Holong. Menyatunya Holong dan Domu, maka lahirlah Parsaulian.Holong maroban Domu,domu maroban Parsaulian. Falsafah Holong dan Domu ini bagi orang Mandailing setidak-tidaknya menjadi Pegangan Hidup dalam mencapai Tujuan yang ingin dicapai.
Pegangan Hidup yang harus dipatuhi disebut dengan Pastak-Pastak ni Paradaton, yang merupakan batasan dan aturan dalam masyarakat adat. Dalam falsafah Mandailing dikenal akan ada nya Adab atau Etika yang harus dipegang teguh. Adab atau etika itu disebut dengan Apantunon yang merupakan pelengkap pastak-pastak ni paradaton dalam bentuk norma-norma baku yang harus ditaati oleh setiap anggota masyarakat.
Adab dalam berbicara, adab bertingkah laku, adab sebagai orang muda terhadap yang lebih tua, adab terhadap Mora, terhadap Kahanggi terhadap Anak Boru dan lain-lain.
Diceritakan bahwa pada zaman dahulu disebuah desa hiduplah sorang gadis cantik bernama Boru Nasution. Boru Nasution dikenal tidak hanya kecantikannya, tapi sikapnya yang baik hati dan bijaksana. Berasal dari keluarga terhormat.
Suatu ketika datanglah seorang pemuda dari desa sebelah bernama Sutan yang jatuh cinta kepada boru Nasution, dan bermaksud meminangnya. Ketika Sutan datang untuk melamar boru Nasution, dengan jujur diceritakannya bahwa keluarganya sering terlibat penipuan, praktek curang yang berpotensi merusak reputasi Boru Nasution.Boru Nasution merasa dilema. Disatu sisi sangat menyukai Sutan, tapi disisi lain ia tidak ingin harga diri dan keluarganya tercemar.Ia tahu bahwa menikah dengan Sutan bisa membawa malu bagi keluarga besarnya.
Dalam kebingungan Boru Nasution memutuskan meminta nasehat kepada seorang ulama tua didesanya. Kata ulama tua, " Harga diri dan kehormatan adalah aset terpenting dalam hidup. Jangan biarkan cinta mengaburkan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh keluargamu.
Pilihlah jalan yang akan menjaga kehormatanmu serta keluargamu "Boru Nasution merenungi nasehat tersebut dan memutuskan menolak pinangan Sutan. Ia mengungkapkan perasaannya dan menjelaskan alasan dibalik keputusannya.
Meski sedih dan kecewa, Sutan menghormati keputusan Boru Nasution. Menyadari bahwa Harga Diri dan kehormatan adalah hal yang lebih penting daripada cinta yang didasarkan pada kondisi yang merugikan.
Bagi orang Mandailing Nilai-nilai Integritas, kejujuran, dan penghormatan terhadap diri sendiri sangat penting. Harga diri adalah cermin dari nilai-nilai yang pegang. Dengan mempertahankannya tidak hanya menjaga reputasi diri tapi juga masyarakat.
Sebagai orang Mandailing, dimanapun berada harus menunjukkan Identitas ke Mandailingannya. Tidak perlu malu apalagi takut mengatakan dirinya sebagai orang Mandailing. Setiap orang Mandailing harus bangga lahir sebagai orang Mandailing. Identitas sebagai orang Mandailing harus tetap dirawat, dijaga, dan ditumbuh kembangkan setiap saat. Itulah yang dimaksud dengan Amandailingan.
Dalam kehidupan sehari-hari, apabila ada orang Mandailing yang disakiti, pada hakekatnya menyakiti seluruh orang Mandailing. Apabila ada orang Mandailing yang dipermalukan, pada hakekatnya mempermalukan seluruh orang Mandailing. Ini harus diselesaikan. Setidaknya yang bersangkutan harus meminta Maaf dan berjanji tidak mengulangi dihadapan Dalihan na Tolu.
Begitu terhormatnya seorang warga mandailing terlebih ianya sebagai pimpinan HIKMA jika ditegur oleh seorang yang dituakan atau kita sebut saja seorang Pamong yang mengandung arti sebagai Seorang panutan. Walaupun Pimpjnan HIKMA tersebut adalah aparat bawahannya (Seorang ASN) diruang lingkup kekuasaannya tidak pantas dan layak " menjaruhkan Air Muka" orang tersebut di panggung rumahnya warga MANDAILING. Justeru itu warga HIKMA keberatan atas kejadian tersebut dan juga petinggi petinggi HIKMA se Sumatera Utara merasa tersinggung dan Mencabik - cabik -cabik harga diri warga Mandailing serta Kehormatan yang begitu sudah terjaga dengan rukun damai selama ini.***