Oleh : H Syahrir Nasution
Beberapa bulan lalu marak secara beruntun aksi unjuk rasa sebelum dan di saat acara pelantikan Dirut PDAM Tirtasari Binjai yang diduga cacat hukum. Lalu aksi berlanjut tanggal 13 dan 14 Juni 2024 kemarin Konsorsium Mahasiswa Pemerhati Birokrasi Pemerintahan (KOMBATAN) Binjai kembali melakukan aksi unjuk rasa di kantor PDAM Tirtasari Binjai. Yang digugat adalah kasus karyawan yg sudah diskorsing 2 tahun di angkat jadi Kabag SPI (Satuan Pengawas Internal). Dan juga kasus Kasi Umum PDAM Tirtasari Kota Binjai berinisial PA yang diduga terlibat secara terang-terangan mengatur, dan menjalankan proyek baik secara aktif dan pasif. Hal ini jelas melanggar PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM pasal 45 tentang larangan kepagawaian, menggunakan kedudukannya untuk memberikan keuntungan bagi diri sendiri dan/atau orang lain yang merugikan PDAM. Karyawan/pegawai seharusnya berkontribusi positif terhadap institusi/lembaga yang dijalankannya, bukan bertindak untuk kepentingan dirinya pribadi melainkan untuk kepentingan negara dan masyarakat. Dan sebagaimana kita ketahui bersama baik di lembaga pemerintahan maupun di BUMD/BUMN, karyawan tidak dibenarkan bermain proyek. Termasuk juga Pimpinan di jajaran PDAM Tirtasari Binjai tidak boleh ikut main proyek karena dikuatirkan terjadi Conflict of interest
Bara api yang berada di tangan walikota ibarat bom waktu yg setiap saat bisa meledak. Walikota Amir Hamzahlah selaku Kuasa Pemilik Modal yang patut dipersalahkan. Sebab dialah yg mengangkat Dirut PDAM Tirtasari Binjai. Peng SK an Ashari menjadi Dirut yang diduga bermasalah terkait persyaratan seleksi terkesan "dipaksakan". Walikota tak peduli. Tak mendengar masukan kanan kiri. Dia pakai kacamata kuda dalam mengambil kebijakan. There is something wrong....? Demikian respon Syahrir Nasution, SE, MM selaku intelektual publik ketika ditanya awak media. Ini ibarat senjata makan tuan. Walikota mengangkat Dirut dengan menabrak aturan, maka Dirut PDAM pun menirunya dengan mengangkat bawahannya menabrak aturan. "Hukum karma' berlaku. Syahrir Nasution juga menandaskan : Wajar publik bertanya-tanya, ada apa dibalik pengangkatan Dirut PDAM tersebut? Apa karena ada hubungan keluarga isteri Ashari selaku Dirut yang diangkat dengan Sekda?
Sebenarnya sebagai walikota yang notabene selaku kuasa pemilik Modal pasti tau persis apa permasalahan yang terjadi di PDAM Tirtasari. Dari 3 org dewan pengawas (Joko Wajitono, Andi Alfandi, dan ustaz Iqbal Batubara), ketiganya termasuk orang dekat Walikota Andi Alfandi (Kabag perekonomian yang ponakannya), Joko Wakitono (asisten 2) dan ustaz M. Iqbal Batubara bekas tim sukses. Dewan pengawas tentu saja berfungsi sebagai mata dan telinga Walikota sesuai tugasnya menyampaikan laporan secara rutin perkembangan perusahaan daerah tersebut kepada walikota.
Dengan mengangkat Ashari, secara akal sehat mengindikasikan bahwa Walikota tidak serius mau membenahi PDAM. Hanya omong doang seperti pemanis bibir dan penghibur telinga dalam bahasa Jawa disebut "Ngebacot". Publik mengetahui latar belakang karir beliau sejak di pemkab Langkat adalah urusan Kepegawaian, dan jabatan terakhir mantan kepala BKD Pemko Binjai. Bagaimana publik mau percaya dengan cakap beliau yang mau mencalonkan diri kembali menjadi walikota sementara dalam menjalankan praktek kekuasaannya mengangkat orang yang diangkatnya tidak sesuai peraturan atau melanggar ketentuan?
Dan dia tidak mungkin tidak mengetahui problem lingkaran setan di internal PDAM saling berkait sudah berlangsung lama. Jika Walikota berpikir pakai akal sehat, dia kan tau bahwa Ashari bagian dari masalah. Bukan hanya dari segi persyaratan calon Dirut saat proses seleksi yang diduga cacat hukum, tetapi Ashari tak bisa lepas dari lingkaran syaitan kong kalikong masalah internal yang kompleks pada perusahaan daerah yang dalam kondisi tidak sehat tersebut. Mana mungkin Ashari berani bertindak tegas sementara dia sendiri bagian dari masalah. Syahrir Nasution yang juga pelanggan tetap PDAM selama puluhan tahun sudah merasa muak dengan pelayanan PDAM yang sejak dulu hingga kini tidak pernah memuaskan pelanggan, tidak ada kemajuan. Dan dia berharap kepada kejaksaan untuk segera menindaklanjuti temuan potensi korupsi yang pernah ada. PDAM tak akan bisa sehat apabila walikota tidak punya kemauan politik (political will), hanya bermanis kata saja seperti drama Korea.
Binjai butuh walikota baru yang tegas, cerdas, berwibawa. Binjai tak butuh sosok walikota yang bermodal ramah, mulut manis, tapi tak mampu mengatasi persoalan. Mengurusi PDAM saja tak serius, bagaimana pula mau mengurusi masalah pengangguran, meningkatkan berbagai macam pelayanan publik mengatasi permasalahan terjadinya defisit anggaran, banyaknya kebocoran uang negara, pelayanan kesehatan, perluasan lapangan kerja, meningkatkan PAD, pelayanan air bersih, dan sebagainya.
Begitu kompleks permasalahan yang ada di kota Binjai, maka dibutuhkan pemimpin yang tangkas, gesit, dengan memiliki visi yang jauh ke depan. Selama 3 tahun menjabat Walikota, kita tak melihat ada gebrakan, inovasi atau terobosan yang dilakukan. Bahkan menjalankan program rutin yang sudah ada saja banyak terjadi kebobrokan di berbagai bidang. Dapat kita ambil satu contohnya saja, yakni pelayanan air bersih. Masalah pelayanan air ini sajapun tak mampu diatasi. Bagaimana pelayanan bisa baik, jika kondisi perusahaan PDAM Tirta Sari sendiri tidak sehat? Dan bagaimana PDAM bisa sehat jika Dirut yang diangkatnya bermasalah? Kota Binjai tidak akan bisa maju jika komitmen pemimpinnya hanya sebatas kata2 manis di bibir saja.
Mencermati problem yang terjadi di PDAM tersebut masyarakat harus mendapat edukasi yang baik. Layakkah walikota incumbent dilanjutkan kembali memimpin kota Binjai tericinta??? Kalau menurut saya : "hentikan dan jangan diteruskan sebagaimana lirik lagu Iwan Falls. Mengapa? Perlu ada sosok pemimpin yang cerdas, kreatif, memiliki managerial scill yang mumpuni serta adanya character leadership yang sudah teruji sebagai seorang pamong yang mampu mengatasi berbagai permasalahan agar kota Binjai tidak terpuruk ke depan. Binjai tidak butuh pemimpin yang banyak mengeluh, tetapi yang dibutuhkan adalah seorang problem solver. Sosok yang berwibawa, yang menjalankan roda pemerintahan dengan bersih, menjalankan aturan dengan benar serta mampu menjadi tauladan.
KEPEMIMPINAN yang disertai dengan KEZALIMAN TIDAK AKAN MEMBAWA KEBERHASILAN, KEBAHAGIAAN, KEBERUNTUNGAN DAN KEMAJUAN. Apa yang tampak sekarang ini hanyalah "KAMUFLASE" atau KESUKSESAN SEMU.......Dimana suatu saat nanti akan tampak dan ditampakkan Allah aslinya. Jadi yang tampak adalah lipstick belaka atau bisa dibilang dengan sebutan KEPALSUAN-KEPALSUAN. ""