Medan I Sumut24.co
Pilkada serentak se Indonesia tahun 2024 ini adalah pemilihan kepala daerah yang terbesar setelah kemarin kita Pemilu 14 februari 2024.Pesta demokrasi langsung yang pertama kali terjadi dalam sejarah Indonesia. Termasuk di Sumatera Utara sendiri, ada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur, Walikota/ Wakil serta Bupati dan Wakil Bupati ada 33 kab/ kota. Namun kami melihat ada beberapa pekerjaan rumah yang sampai sekarang belum rampung, di semua kabupaten kota, salah satunya inprastruktur pendidikan perguruan tinggi, semangat ini belum terlihat dari kepala Daerah yang sudah menjabat, ucap Wakil ketua DPW PKB Sumut H A Jabidi Ritonga kepada Wartawan, Selasa (7/5).Menurut Ketua Desk
Pilkada DPW PKB Sumut itu, Bupati atau Walikota belum terlihat secara jelas komitmen membangun sumberdaya manusia (SDM) kita, itu terlihat bagaimana tidak adanya kampus kampus perguruan tinggi di setiap Kabupaten Kota,
masih tersentralisasi di Kota Medan, kata Jabidi mantan Staf Khusus Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan tinggi RI tersebut.Lebihlanjut Jabidi, Semangat ini merupakan semangat yang di cita citakan bersama pasca reformasi 1998, bagaimana rakyat dapat secara langsung memilih calon pemimpin di daerahnya masing masing. Kuliah ke Kota medan bukan lagi sebagai solusi baik, karena biaya hidup dan pendidikan sudah sangat tinggi, sangat terbatas bagi anak anak desa untuk mela jutkan pendidikan,Jika setiap Kabupaten/Kota sudah ada perguruan tinggi, tentu anak anak desa bisa kuliah serta tetap bisa membantu orang tua dirumah setelah pulang kuliah.Putus pendidikan kejenjag pendidikan tinggi
masih menjadi masalah utama bagi kita, akhirnya melahirkan generasi yang tidak produktif dan menganggur.Kami meminta masyarakat juga harus melihat komitmen calon calon kepala Daerah soal pendidikan, karena ini menyangkut masa depan anak anak di daerah masing masing, jika tidak memili komitmen tersebut, baiknya jangan di pilih, jangan jangan tipe pemimpin yang memelihara kebodohan dan kemiskinan, tegas Jabidi Ritonga.Sampai kapan kita hanya diminta memilih dan dikasih sembako/ uang, sedangkan orang orang bodoh dan miskin dimana mana, bukan ini semangat dan tujuan kita memilih pemimpin, melainkan mengentaskan masalah masalah yang ada.red