Medan|Sumut24Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Sumut, siap mendukung program pemerintah dalam percepatan pembangunan Medan Kota Metropolitan. Diharapkan Pemko Medan melibatkan APPBI, dalam menata pembangunan mall.
“Kita minta Pemko Medan bisa melibatkan APPBI dalam pembangunan plaza/mall,” tandas Sekjen DPD APPBI Sumut, Herri Zulkarnaen MSi saat menerima kunjungan panitia HUT Harian SUMUT24 di kantornya, Selasa (23/2).
Masih kata dia, pembangunan Mall kedepannya harus memperhatikan konstribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembangunan pusat perbelanjaan harus disebar ke pinggiran, jangan bertumpuk di inti kota. Selain menghindari persaingan, juga dapat mengurangi kemacetan, ujarnya.
Menurut Herri Zulkarnaen, kontribusi mall cukup besar baik itu dalam menciptakan lapangan kerja, pemasukan PAD dan pariwisata. Saat ini ada 16 mall di Medan rata-rata menyerap ribuan tenaga kerja dan perputarannya mencapai Rp20 M.
Potensi ini perlu didukung Pemko Medan dalam menyiapkan infra strukturnya, sehingga terjalin kerjasama dalam percepatan pembangunan Medan Kota Metropolitan, lewat penataan yang baik dan benar dari berbagai sisi. Hal ini perlu ada kerjasama antar Pemko Medan dan APPBI, mengingat salah satu pokok kegiatan APPBI, memberikan masukan kepada pemerintah dan instansi/badan yang terkait guna kepentingan para anggota dan pertumbuhan kegiatan usaha Pusat Belanja pada umumnya.
“Kondisi 16 mall yang ada di Kota Medan, masih bertumpu di inti kota dan berdampak terjadinya kanibal. Hadirnya Podomoro City Deli di Jalan Putri Hijau Medan, menambah deretan penumpukan pusat perbelanjaan di inti kota. Di kawasan tersebut, ada Grand Aston City Hall, Merdeka Walk dan Hotel JW Marriot. Kawasan tersebut akan terjadi kemacetan lalulintas, akibatnya muncul ketidaknyamanan.
Keberadaan APPBI adalah membina komunikasi dan kerjasama, baik antar anggota maupun dengan pemerintah dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan kehidupan dan kegiatan Pusat Belanja. Jika ini direspon secara baik dan benar, maka tidak terjadi penumpukan pusat perbelanjaan di inti kota.
“Mall mau tidak mau harus hadir di suatu kota, karena kehadirannya membuat kota itu menjadi kota metropolitan. Karena kebutuhan masyarakat modern, membutuhkan pusat perbelanjaan modern. Posisi Kota Medan cukup strategis, deekat dengan Singapura, Malaysia, Taiwan dan lainnya. Sehingga mampu bersaing dengan mall di Jakarta, baik dari sisi harga maupun daya tarik pengunjung lokal maupun mancanegara,’ ujar Herri.
Menurutnya, banyak pengusaha mall kurang mengerti tentang peraturan dan undang-undang dari pemerintah. Kondisi ini dijembatani APPBI sebagai induk organisasi untuk sosialisasinya, sehingga iklim bisnis tidak terganggu dengan peraturan yang ada. Pengusaha mall komit mematuhi segala ketentuan yang ada.
Harapan Herri Zulkarnaen Hutajulu, dalam pembangunan mall mendatang hendaknya disebar di pinggir kota. Sehingga ada pemerataan kebutuhan dan tertata dengan baik. Mall yang ada di Kota Medan, lebih representatif dan mewah dibanding mall yang ada di Jakarta maupun negara di Asean.Sudah standard.
Dampak diberlakukannya MEA sudah terasa di Mall Kota Medan, terlihat adanya pengusaha dari luar negeri yang masuk ke Mall di Kota Medan dan membawa karyawan dari luar.
“Kita menyambut baik iklim perekonomian di era MEA, karena berdampak pada peningkatan kualitas di semua sektor. Jika kita tidak siap untuk berkompetisi, maka akan tersingkir. Sementara di sisi lain, akan terjadi peningkatan perekonomian yang cukup signifikan,” ujar pengusaha dan politikus Partai Demokrat ini.